Review dan Sinopsis Film On Your Wedding Day

Review dan Sinopsis Film On Your Wedding Day

Industri perfilman Korea Selatan makin melesat pesat. Film dengan substansi mendalam berjaya di festival tingkat dunia, sementara blockbuster-nya membesar, baik dari skala maupun kualitas. Tanpa sadar, semakin jarang pula kita mendapat romansa melodrama yang dahulu menata citra sinema Korea di mata dunia. Sehingga On Your Wedding Day yang kembali mempertemukan Park Bo-young dan Kim Young-kwang sejak Hot Young Bloods (2014) pun bagai penyegaran. Sebuah film yang mengedepankan pesona kedua pemeran utama serta pemahamannya soal hubungan percintaan.

Segalanya amat sederhana, dan bakal mudah menebak peristiwa-peristwa apa yang hendak menyusul. Tapi keberhasilan menciptakan pasangan yang lovable, juga kepiawaian Lee Seok-geun—yang baru menjalani debut penyutradaraan di sini—membungkus momentum, kesan formulaik bukan lagi masalah. Bagai tengah dimabuk asmara, enggan memusingkan hal-hal di depan, memilih terhanyut bersama aliran momen yang kelak membentuk kenangan.

Sinopsis Film On Your Wedding Day

Cinta pertama memang selalu akan dikenang sepanjang umur hidup. Begitu juga dengan film On Your Wedding Day, yang mengisahkan cerita cita dua pasang remaja ketika masa sekolah mereka. Namanya, cinta, pasti akan selalu ada dasar untuk mencintai dan dicintai. Hal itu terjadi pada Woo Yeon (Kim Young Kwang).

Sejak perkenalan di masa sekolah, ia tidak pernah lelah mengejar cinta dari Seung Hee (Park Bo Young). Hal yang Woo Yeon yakini adalah, ia hanya percaya bahwa Seunghee adalah cinta sejatinya. Kebalikannya, Seung Hee selalu menganggap semuanya secara sinis. Apalagi, ia percaya Seung Hee memilih percaya pada jatuh cinta dalam waktu tiga detik.

Apakah cinta ini hanya berhenti di masa-masa sekolah mereka? Tentu saja tidak! Woo Yeon dengan sangat percaya diri ia akan menempuh universitas yang sama dengan Seung Hee setelah masa sekolah mereka selesai. Namun, tentu saja Seung Hee masih tidak percaya dengan Woo Yeon.

Pada satu titik, waktu juga yang memisahkan cinta Woo Yeon pada Seung Hee. Proses kedewasaan mereka justru diuji ketika keduanya bertemu setelah berpisah selama 10 tahun. Namun, kenyataan tidak pernah sama. Cerita cinta Woo Yeon tidak lagi sama. Hanya Seung Hee masih percaya tentang “tiga detik dari takdir”.

Review

Merangkum proses satu dekade, yang pastinya melibatkan banyak peristiwa, naskah buatan Lee Seok-geun menjatuhkan pilihan tepat pada hal mana yang perlu dan tidak perlu dimasukkan. Tidak ada yang terbuang percuma ketika tiap adegan berperan melengkapi proses dua tokoh utama, baik sebagai pasangan atau individu manusia, khususnya kala di usia dewasa, mereka mulai menyadari bahwa sebuah hubungan lebih dari sekedar kencan demi kencan.

On Your Wedding Day tahu mengapa hubungan romansa terasa indah, menyakitkan, dan terpenting, layak diperjuangkan. Dan di satu titik, perjuangan itu bukan soal “mengejar cinta”, melainkan merelakannya, yang mana merupakan perjuangan terberat. Film ini memahami pentingnya memori, baik yang bersifat abstrak alias hanya ada dalam ingatan, atau konkret berbentuk tanda mata.

Hanya terdapat satu masalah di sini. Filmnya terlalu mencerminkan karakter-karakternya. Sehingga saat jiwa mereka tidak lagi membara, terjerumus menuju masa gelap (yang urung menjadi terlampau gelap), juga kehilangan tawa, energi milik On Your Wedding Day turut melemah. Untungnya duet Park Bo-young-Kim Young-kwang mempunyai cukup kekuatan untuk mengangkat filmnya.

Di balik sosoknya sebagai biang onar, Young-kwang mampu meyakinkan saya bahwa kengototannya bukan ekspresi obsesi terhadap si wanita pujaan, melainkan ungkapan cinta tulus. Sedangkan Bo-young dengan kemampuan menangani tokoh dengan kepribadian kaya warna menjadikan Seung-hee sosok yang pantas diperjuangkan.

Penyutradaraan Seok-geun memancarkan sensitivitas kuat dalam merangkai adegan dramatis, entah bernuansa bahagia, romantis, atau sedih, menampilkannya secara indah, yang menguatkan deretan kalimat manis dari naskah ciptaannya. Ketika Woo-yeon berkata bahwa separuh populasi wanita di seluruh Korea tak berarti sebab mereka bukanlah Seung-hee, atau sewaktu konklusinya menyingsing.

Saya bagai diajak mengenang beberapa memori pribadi, mengiyakan, sambil mengangguk dengan senyum di bibir dan air mata yang mengalir, bahwa sejatinya cinta memang indah.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *